Full Islamic Learning

Ucapkan bismillah....

Sabtu, 13 November 2010

Kepemimpinan seperti apa?

Bismillah...

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, sholawat serta salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad Sholallahu'alaihiwassalam beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita semua menjadi umat beliau yang senantiasa istiqomah hingga hari pertemuan kembali.

Jika kita melihat negara kita yang telah dipimpin oleh berbagai macam sistem kepemimpinan yang katanya dapat merubah keadaan menjadi lebih baik nyatanya keadaan Indonesia setelah 65 tahun 'merdeka' tak ada perubahan progresif yang berarti, walaupun ada kemajuan itu juga tertutup oleh kemunduran yang sangat banyak. Ibarat sebuah kurva jika naik 5 tingkat namun turunnya 10 tingkat, artinya adalah memang ada sebuah kemajuan namun jika dirata-ratakan yang ada hanya kemunduran. Mungkin para penguasa terlalu terlelap terhadap euforia atas kemajuan yang diraihnya namun lupa atau 'sengaja' dilupakan tentang kemunduran akan bangsa ini.

Benar saja, saya berani berbicara kemunduran negara ini yang sangat signifikan karena melihat apa yang terjadi di negara ini. Para penguasa mereka bisa tertawa di saat para fakir miskin yang sedang berjuang memikirkan kehidupannya esok hari. Kalian pasti juga berpikir sama dengan saya, kenapa sih mereka bisa setega itu, padahal yang mengontrol negara ini adalah mereka atau jangan-jangan ini adalah sistem yang terselubung? Lalu sistem seperti apa yang sedang mereka kerjakan? Jawabannya sangat mudah, tentu saja mereka menerapkan sistem gagal yang disebut kapitalisme.

Para petinggi negeri ini begitu serakah akan tampuk kekuasaan. Mereka mencari kekuasaan dengan orientasi pada dunia, begitu menyedihkan. Satu contoh saya ambil dari pengalaman teman saya yang menceritakan sebuah kejadian yang terjadi ketika pemilihan gubernur di salah satu kota di Indonesia. Pada saat itu kekuasaan ibarat barang dagangan yang sedang dilelang, siapa yang berani membayar lebih maka kursi gubernur menjadi miliknya. Berbagai upaya dicoba demi sebuah kekuasaan, meminjam uang sana-sini setelah menjadi gubernur berpikir keras agar melipatgandakan uang agar bisa balik modal, dan langkah haram pun ditempuh (korupsi). Begitu miris melihat orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan lalu melupakan tanggung jawabnya, sehingga para fakir miskin terabaikan. Tidakkah mereka tahu, kepemimpinan mereka kelak akan dipertanyakan. Tentu saja mereka tidak tahu atau mungkin tahu namun tidap peduli itu karena kedekatan mereka pada Yang Maha Kuasa pemilik Kerajaan dunia sangatlah jauh bahkan mungkin Allah telah mengunci hati mereka sebagaimana disebut di Alqur'an.

Bisa kita lihat, ternyata kedekatan kita dengan Allah sangat berpengaruh besar terhadap kepemimpinan. Seandainya seorang pemimpin yang sangat dengan dengan Rabbnya, tidak mungkin dia akan berbuat yang diharamkan Allah. Dan tentu saja orang itu akan memimpin dengan cahaya islam yang begitu terang dan menyeluruh (universal).

Mungkin pemimpin Indonesia perlu membuka kembali sejarah dimana Umar bin Abdul Aziz yang hanya memimpin selama 29 bulan mampu membuat catatan emas dalam sejarah dunia. Beliau mampu membuat Afrika yang saat ini merupakan benua termiskin menjadi wilayah yang kaya saat itu. Pernah beliau menyuruh panitia zakat untuk mencari orang yang layak untuk disantuni. Setelah kepulangannya dari Afrika, mereka lapor kepada Umar bahwa rakyatnya menolak emas dikarenakan rakyat sudah kelebihan harta. Dan memang tidak hanya di Afrika namun juga secara keseluruhan daerah yang dipimpin Umar bin Abdul Aziz benar-benar sulit untuk dicarikan orang yang layak untuk menerima zakat. Umar bin Abdul Aziz memang pemimpin yang patut dicontoh pemimpin negeri ini. Umar tidak butuh seratus hari untuk merealisasikan, beliau hanya butuh tiga hari. Dalam tiga hari itu beliau memperbaiki sistem yang sebelumnya sangat buruk, salah satunya dengan langsung memecat para pejabat yang korupsi dan membenahinya dengan orang-orang yang layak. Orang yang layak disini adalah orang yang benar-benar dekat kepada Rabbnya. Sebelum memimpin beliau juga terlebih dahulu membenahi dirinya sendiri karena kita ketahui sebelum menjadi khalifah Umar hidup dalam harta yang bergelimpahan dan setelah terpilih menjadi khalifah beliau langsung menjual hartanya dan uang hasil penjualan beliau berikan ke baitul mal. Beliau juga segera pindah ke rumah yang sangat sederhana. Lalu beliau juga membenahi keluarganya, karena keluarga bisa menjadi duri ketika menjadi pemimpin. Maha Suci Allah yang telah memberikan rahmat yang luar biasa kepada pemimpin yang selalu dekat Rabbnya.

Mempelajari apa yang sejarah katakan tentang Umar bin Abdul Aziz, adakah pemimpin negeri ini seperti beliau? Sungguh jauh sekali, ibarat bumi dan langit jika kita membandingkan pemimpin negeri ini dengan beliau. Melihat para pejabat dengan kendaraan yang harganya bisa menghidupi lebih dari satu keluarga miskin selama setahun. Kehidupan glamour para petinggi negeri ini. Sebuah ironi memang di satu sisi rakyat ini sedang berharap akan perubahan yang lebih baik namun para eksekutor (pejabat) hanya memikirkan perutnya sendiri. Padahal sudah sangat cukup Allah memberikan peringatan kepada negeri ini baik itu berupa permasalahan negara hingga bencana alam yang saat ini sedang maraknya. Bisa jadi bencana alam yang menimpa rakyat Indonesia merupakan balasan yang Allah timpakan karena perbuatan para penguasa yang zholim. Allahu'alam.

Seperti itulah jadinya jika para penguasa hanya berorientasi pada dunia. Lalu apa solusinya? Al Islam lah jawabannya. Walaupun petinggi kita sekarang ini sedang tertidur pulas, tapi saya yakin suatu saat mereka akan mati juga dan kesempatan itulah yang kita ambil untuk merubah nasib negara ini. Intinya adalah kita sebagai generasi penerus harus berbenah mulai hari ini. Semoga apa yang telah saya tulis bisa menjadi sebuah pengingat dan semangat.

Allahu'alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar